Teori Semiotik Ferdinand de Saussure

Bahasa di mata Sussure tak ubahnya sebuah karya musik. Untuk memahami sebuah simponi, kita harus memperhatikan keutuhan karya music secara keseluruhan dan bukan kepada permainan individual dari setiap pemain musik. Untuk melihat bahasa, kita harus memahaminya secara “sinkronis”, sebagai sebuah jaringan hubungan antara bunyi dan makna. Kita tidak boleh melihatnya secara automistik, secara individual. Baca juga: Prinsip - Prinsip Mediamorfosis
Sussure mempertanyakan pendekatan terhdap studi bahasa yang dilakukan oleh pencerahan. Para ahli bahasa abad pencerahan melakukan studi dengan mengurusi kepingan-kepingan detail dan “sebagai orang luar” (yang tidak terlibat dalam bahasa itu sendiri). Baginya bahasa adalah sebuah keutuhan yang berdiri sendiri.
Sedikitnya, ada lima pandangan dari Saussure yang kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi Strauss, yaitu pandangan tentang:
  • signifier (penanda) dan signified (petanda) 
  • form (bentuk) dan contect (isi) 
  • langue (bahasa) dan parole (tuturan, ajaran) 
  • synchronic (sinkronik) dan diachronic (dikronik)
  • syntagmanic (sintagmatik) dan associative (paradigmatic)


1. Signifier dan Signified
Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dri dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign).
Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermkna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, bahasa adalah aspek materil dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah aspek material bahasa. Yang mesti diperhatikan adalah bahwa dalam bahasa tanda yang kongret, kedua unsure tadi tidak bias dipisahkan.

2. Form dan contect
Saussure membandingkan form dan contect atau substance itu dengan permainan catur. Dalam permainan catur, papan dan biji catur itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah fungsinya yang dibatasi, aturan – aturan permainannya. Jadi, bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsure yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan oleh perbedaannya.

3. Langue dan parole
Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Prancis: langagelangue (sistem bahasa) dan parole (kegiatan ujaran). Langage adalah suatu kumpulan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya, langage adalah bahasa pada umumnya.
Dalam konsep Saussure, langue dimaksudkan bahasa sejauh merupakan milik bersama dari suatu golongan bahasa tertentu. Langue ini ada dalam benak orang, bukan hanya abstraksi – abstraksi saja.
Jika langue mempunyai objek studi sistem atau tanda atau kode, maka parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimana terlihat dalam penggunaannya. Kalu langue bersifat kolektif dan pemakaiannya “tidak disadari” oleh pengguna bahasa yang bersangkutan, maka parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa.
Perbedaan langue dan parole
4. Synchronic dan diachronic
Yang dimaksud dengan studi sinkronis sebuah bahasa adalah deskripsi tentang “keadaan tertentu bahasa tersebut (pada suatu suatu massa). Bertens menyebut “sinkronis” sebagai “bertepatan dengan waktu”. Yang dimaksud dengan diakronis adalah “menelusuri waktu”. Jadi studi diakronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (“melalui waktu”).

5. Syntagmanic dan associative
Cobley dan Jansz memberi contoh sederhana. Jika kita mengambil sekumpulan tanda, “seekor kucing berbaring di atas karpet”. Maka satu elemen tertentu-kata ‘kucing’, menjadi bermakna sebab ia memang bisa dibedakan dengan ‘seekor’, ‘berbaring’ atau ‘karpet’. Kemudian jika digabungkan seluruh kata akan menghasilkan rangkaian yang membentuk sebuah sintagma (kumpulan tanda yang berurut secara logis). Malalui cara ini, ‘kucing’ bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik (hubungan yang saling menggantikan) dengan ‘singa’ dan ‘harimau’.
Baca juga: Partai Politik
Hubungan paradigmatik tersebut, menurut Cobley dan Jansz, harus selalu sesuai dengan aturan sintagmatiknya, bagaimana garis x dan garis y dalam sebuah sistem koordinat. Sejauh tetap memenuhi syarat hubungan sintagmatik, penggantian tersebut bersifat fleksibel. Misalnya, bias saja kata “kucing” diganti dengan “anjing” karena keduanya memiliki hubungan paradigmatik. Pengubahan itu terbukti tidak mempengaruhi hubungan sintagmatik, selain pertukaran dua kata benda.

Artikel Terkait:
 * Ilmu Komunikasi
 * Teori Ilmu Komunikasi
 * Mata Kuliah Ilmu Komunikasi
 * Teori Semiotika
 * Makalah Ilmu Komunikasi
 * Materi Ilmu Komunikasi
 * Makalah Kuliah Komunikasi
 * Event Organizer
 * Mata Kuliah Event Organizer
 * Teori Semantik
 * Metode Penelitian Komunikasi
 * Jurnalisme Kontemporer
 * Media Massa
 * Mata Kuliah Jurnalisme
 * Mata Kuliah Reportase
 * Ilmu Advertising
 * Dasar Jurnalisme

Related Posts:

0 Response to "Teori Semiotik Ferdinand de Saussure"

Post a Comment