Pesan dan Saluran Komunikasi Politik

1. Pesan –pesan politik[1]
Sebagaimana telah diterangkan, bahwa komunikasi dan politik mempunyai persamaan. Persamaanya adalah keduanya sama-sama suatu pembicaraan.
David V.J. Bell mengemukakan 3 jenis pembicaraan yang mempunyai makna politik, yaitu :
Pembicaraan kekuasaan
Pembicaraan kekuasaan mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau janji.
Bentuk pernyataannya adalah : “Jika anda melakukan X, maka saya akan melakukan Y”.
Contoh :
Presiden AS George Bush mengatakan, “Jika Presiden Saddam Hussein tidak segera keluar dari Irak, maka AS akan menjatuhkan nya dari jabatannya dengan cara memborbardir Irak”
Pembicaraan pengaruh
Kata-kata yang terdapat dalam pembicaraan pengaruh adalah yang bernada dorongan, nasehat, permintaan, dan peringatan.
Bentuk pernyataanya adalah : “Jika anda melakukan X, maka anda akan melakukan/merasa/mengalami Y”.
Contoh :
Tokok masyarakat NAD mengatakan, “Jika Presiden SBY melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan alim ulama Aceh, maka konflik Aceh akan dapat diselesaikan”.
Pembicaraan otoritas
Yang dianngap sebagai penguasa yang sah ialah suara otoritas dan memiliki hak untuk dipatuhi. Sumber-sumber pengesahan itu misalnyaadalah keyakinan religious atau sifat-sifat supranatural, daya tarik pribadi penguasa, adat istiadat atau kedudukan resmi.
 Bentuk pernyataanya adalah : “Lakukan X” atau “Jangan Lakukan X”
Pembicaraan konflik
Melalui pembicaraan konflik, para komunikator politik menyelesaikan perselisihan-perselisihan mereka dengan menyusun perbendaharaan kata tentang asumsi, makna, pengharapan dan komitmen bersama. Baca juga: Antara siaran pers dan jumpapers

2. Saluran-saluran politik[2]
Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Pesan di sini bisa dalam bentuk lambang-lambang pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan. Atau bisa pula dengan melakukan kombinasi lambang hingga menghasilkan cerita, foto (still picture atau motion picture), juga pementasan drama. Alat yang dimaksud di sini tidak hanya berbicara sebatas pada media mekanis, teknik, dan sarana untuk saling bertukar lambang, namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan sebagai saluran komunikasi.
1. Komunikasi Massa
Dalam sistem pemerintahan yang bagaimana pun, media komunikasi (dalam hal ini media massa) selalu tidak luput dari perhatian. Dikarenakan sifatnya yang memang sanggup menjangkau komunikan dalam skala besar di wilayah mana pun dan kapan pun.
Media massa merupakan alat komunikasi politik yang berdimensi dua, yaitu bagi pemerintah dan bagi masyarakat. Dalam dimensi pemerintah, maka media massa berfungsi sebagai berikut : [3]
(1) Untuk menyebarluaskan informasi-informasi seputar:
a. Kebijaksanaan pemerintah.
b. Program-program untuk mensejahterakan rakyat.
c. Kondisi politik dalam negeri.
d. Aktivitas jalinan komunikasi dengan Negara-negara lain sebagai kebijaksanaan politik luar negeri.
(2) Untuk membentuk karakter bangsa melalui fungsi pendidikan.
(3) Untuk melakukan fungsi sosialisasi dalam kaitan pelestarian sistem politik (sekaligus sistem nilai).
(4) Menumbuhkan kepercayaan Negara lain melalui sajian-sajian berita yang direncanakan dan ditata secara baik, (sebagai alat promosi atau propaganda).
Sedang dimensi bagi masyarakat, media massa berfungsi sebagai sarana kontrol sosial terhadap kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah.
Kekuatan media massa (powerful media) sebagai saluran untuk mempengaruhi khalayak, telah banyak memberikan andil dalam pembentukan opini publik. Kemampuan melipatgandakan pesan-pesan politik di media massa mempunyai dampak terhadap berubahnya perilaku pemilih. Maka dari itu, bagi para elit politik yang ingin bertarung memperebutkan kursi kekuasaan, akan berusaha memanfaatkan media massa untuk tujuan publikasi dan pembentukan citra. Media dalam bentuk apapun adalah saluran komunikasi seorang kandidat kepada khalayak yang dikatakan efektif dan efisien pada masa kampanye modern saat ini. Ada beberapa media yang sangat penting dalam mempublikasikan agenda politik:
Media radio, Menurut McLuhan, terdapat resonansi antara radio dan telinga serta pikiran manusia, resonansi yang menyajikan peluang besar bagi kampanye radio. Di samping itu, radio juga merupakan saluran massa bagi kaum minoritas walaupun dalam perkembangannya kaum mayoritas pun masih belum bisa meninggalkannya. Meskipun radio tidak menampilkan visual/gambar hidup, namun media satu ini bisa merambah ke lokasi di mana media lain susah bahkan tak bisa menjangkaunya. Baca juga: Partai politik
Media Televisi, Di Amerika, penggunaan televisi sebagai media kampanye sudah sejak dasawarsa 1950-an dan 1960-an dimulai. Penekanan dalam kampanyenya pun beragam, mulai dari pembuatan citra; di mana penggunaan media ini untuk memproyeksikan atribut-atribut terpilih dari kandidat. Hingga penekanan berkembang pada tahun 1970-an menjadi pengaturan dan pembahasan pokok masalah kampanye. Teknik untuk membangun citra sang kandidat pun beragam dari melalui publisitas gratis hingga pada beriklan di televisi yang mesti bayar. Sebenarnya sudah ada pengaturan tentang tata cara beriklan di media massa, terutama di televisi. Namun tetap saja banyak terjadi kecurangan di sana-sini, hingga terjadi ketidakadilan dalam peliputan berita kampanye pada Pilpres 2009 yang lalu. Peliputan berita kampanye pasangan kandidat tertentu mendapat durasi yang relatif lebih panjang dibanding pasangan kandidat yang lainnya. Hal ini dikarenakan pemilik stasiun televisi tersebut adalah “orang dekat” dari pasangan tersebut. Atau bisa juga karena pasangan kandidat tersebut memiliki dana kampanye yang cukup banyak untuk dapat memasang iklan berlebih pada media tersebut.[4]

Media Cetak, Meskipun media elektronik ditambah dengan media inovasi sudah semakin maju, tetap saja media cetak belum akan ditinggalkan khalayak massa. Terdapat dua tipe media cetak yang kerap dijadikan sebagai media kampanye, yakni melalui surat langsung dan surat kabar atau majalah. Surat Langsung. Pada tahun 1974, Robin dan Miller memeriksa pengaruh pengiriman surat umum kepada 72.000 orang pada tahun 1974. Mereka menemukan bahwa, surat langsung tidak memiliki cukup pengaruh terhadap tingkat informasi pemilih, pandangan kandidat, tujuan memberikan suara dalam pemilihan, atau pemilihan kandidat.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan bentukan hubungan satu-kepada-satu; terdiri atas saling tukar kata lisan di antara dua orang atau lebih. Saluran ini bisa berbentuk tatap muka maupun berperantara.
Beberapa teoritisi dan ilmuwan komunikasi seperti: Joseph Klapper, Elihu Katz, Paul Lazarfeld, dan Ithil de La Solapool telah mencatat, betapa efektifnya komunikasi interpersonal, terutama bagi Negara-negara berkembang yang lebih tinggi tingkat frekuensinya dalam menggunakan tenaga manusia dibanding menggunakan produk teknologi canggih.
Walaupun komunikasi interpersonal terdapat kelemahan, seperti jangkauan sasaran (komunikan) terlalu luas atau karena dibatasi geo nature (letak geografis) yang sulit dijangkau.
3. Komunikasi Organisasi
Jaringan komunikasi dari organisasi menggabungkan sifat-sifat saluran massa dan saluran interpersonal. Tentu saja ada jenis-jenis organisasi yang sangat berbeda dalam politik, baik formal maupun informal. Yang dimaksud kelompok informal adalah keluarga seseorang, kelompok sebaya, dan rekan kerja yang kesemuanya memainkan peran penting dalam mengembangkan opini politik orang itu. Sedangkan kelompok formal meliputi partai politik dan berbagai organisasi kepentingan khusus, seperti serikat buruh, asosiasi perusahaan, pembela konsumen, organisasi hak sipil, dan koalisi kebebasan wanita.

Artikel Terkait:
 * Ilmu Komunikasi
 * Teori Ilmu Komunikasi
 * Mata Kuliah Ilmu Komunikasi
 * Teori Semiotika
 * Makalah Ilmu Komunikasi
 * Materi Ilmu Komunikasi
 * Makalah Kuliah Komunikasi
 * Event Organizer
 * Mata Kuliah Event Organizer
 * Teori Semantik
 * Metode Penelitian Komunikasi
 * Jurnalisme Kontemporer
 * Media Massa
 * Mata Kuliah Jurnalisme
 * Mata Kuliah Reportase
 * Ilmu Advertising
 * Dasar Jurnalisme


[1] Riswandi, Komunikasi Politik (Yogyakarta, PT. Graha Ilmu, 2009) Hal 9
[2] Dan Nimmo, Komunikasi Politik, komunikator, Pesan dan Media (Bandung, PT Rosda Karya, 1999) Cet ke-3 hal-8)
[3] http://rosit.wordpress.com/2008/12/30/varian-saluran-komunikasi-politik
[4] http://rosit.wordpress.com/2009/12/09/media-sebagai-saluran-komunikasi-politik/

Related Posts:

0 Response to "Pesan dan Saluran Komunikasi Politik"

Post a Comment